Laman

welcome to my wold

hey frend welcome to my blog

Senin, 08 Maret 2010


Drama

Dalam krisis, kita butuh drama. Seorang pejuang persamaan hak orang hitam di amerika pernah membuktikan hal itu di tahun 1960-an. Ketika gerakan “ hak-hak sipil “ berada dalam tekanan pemerintah, orang-orang kulit putih yang tidak suka pada marah pada mereka , ketika kawan-kawan nya sendiri pada gentar, MARTIN LUTHER KING Jr. Justru makin beringas.
Ia menggerakkan anak-anak dijalan di birmingham, sebuah kota yang pada suatu hari minggu yang damai pernah membunuh anak-anak kulit hitam yang tidak bersalah. “ Jangan terlalu lunak” kata Martin pada rekannya yang lebih muda. “dalam situasi krisis, kita harus punya satu rasa drama.”
Dan dengan a sense of drama itu ia berhsil. Ia tampil sebagai aktor besar pada pentas, dengan sikap dan gerak tangan yang agung. Memang ,pada akhirnya sebuah ikhtiar politik memang sebuah kisah drama. ikhtiar politik memang bukanlah usaha diam-diam, hanya dengan perintah tertulis dan administrasi. Sebagai ikhtiar bersama, di dalamnya kita memerlukan komunikasi. Gerak kita diperhatikan orang ramai. Dan jika anda seorang pemimpin, anda ditunggu untuk, terutama pada saat kritis, memberikan inspirasi.
Tapi inspirasi sudah tentu bukan hanya dari serangkaian pesan. Dalam hal Martin Luther King Jr, inspirasi tidak hanya sekedar kata, pada mulanya memang hanya sebuah kata , tetapi didalam kata itu terdapat dirinya , jiwanya serta badanya, kehidupan dan kematianya. Pada mulanya hanya sebuah kata tapi kemudian bergeser menjadi perbuatannya dan menjadi sebuah pengorbanan.
Martin Luther kemudian mati ditembak orang . orang memang bisa mengatakan bahwa kesediaan semacam itu tidak bisa diharapkan dari setiap pemimpin dan untuk setiap situasi . Namun, akan keliru untuk menyimpulkan bahwa karena riwayatnya mirip para mujahid yang mati syahid. Maka king orang yang luar biasa. Paling tidak , riwayat hidupnya, sebagai mana dipaparkan David Garrow, king yang pendeta dan pahlawan itu bukanlah pahlawan yang bersih dari ketakutan dan dosa.
Ia dibesarkan sebagai anak yang dimanja dan amat dilindungi oleh orang tuanya . Ia mejadi dewasa yang sulit menguasai nafsu birahinya. Pada usia 26 , king muda pernah memalukan sebagai pemimpin pergerakan
Di bulan januari 1956 itu , ia memang sudah mulai bergerak sebagai pembangkang terhadap ketentuan yang raialitas yang memisahkan orang kulit hitam dengan kulit putih di amerika serikat bagian selatan. Ia memimpin sebuah pemboikotan bis . tapi saat ia hendak berangkat ke tempat aksi ia menerima pesan telpon ; orang-orang yang tidak dikenal siap menunggu untuk membunuhnya.
Sepanjang malam ia tidak bisamemejamkan mata, ia duduk terdiam di ujung meja dapur. Dalam percakapan dengan dirinya sendiri ia menyadari bahwa ia yang mewarisi jabatan sebagai pemimpin jemaat dari ayahnya, yang memperoleh gelar dalam filsafat agama dari sekolahnya teryata tidak cukup punya iman . tiba-tiba ia merasa mebdengar suara dalam dirinya yang berkata untuk berjuang terus , ia menjanjikan tidak akan pernah meninggalkan dirinya sendiri.
Tidak penting memperdebatkan asal-usul suara itu yang penting ialah bahwa dari rasa malu di meja dapur malam itu , king mengubah sikapnya yang gentar. Sikap itu bertahan di tengah krisis-krisis yang mendatang. King seakan-akan mendapatkan imannya kembali pulih dan tekadnya utuh tapi itu tidak berarti menjadikannya orang suci. Salah satu yang mencemaskan pada dirinya dalah kesukaannya pada hubungan seksual diluar perkawinanya. Ia tidurdengan wanita-wanita lain. Sebagai seorang pemimpin jehaat itu meripakan aib. Bagi seorang pendeta yang juga pemimpin politik kaum minoritas yang membangkang, aibitu menjadi suatu resiko. Terutama karena FBI mulai jengkel dengan “ kerusuhan” yang ditimbulkan king, meskipun kerusuhan itu hanya sebuah protes tanpa kekerasan , ada menyimpan trekaman tentang sisi ”gelap” pahlawan hitam itu.
Yang tidak mudah dimengerti ialah bahwa king tetap saja terus dengan keberaniannya , dengan kelemahannya “ saya lebih baik mati ketimbang takut” katanya. Adakah ia memilih mati sebagai pejuang, ketimbang aib yang menunggunya sebagai seorang penzina ?dalam analisis terakhir, motif akhirnya hanya soal king sendiri dan para enulis boigraf. Yang jadi urusan orang banyak ialah pada suata saat krisis iadengan cacatnya, bangkit dengan inspirasi.

MG-FP.10/EP/371

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4h34d 3v7ah1din