Laman

welcome to my wold

hey frend welcome to my blog

Senin, 08 Maret 2010

DASAR REPRODUKSI TERNAK
( EPKB 203)






FISIOLOGI SPERMAdan OVUM

OLEH

Nama : Ahmad Mujahidin
NIM : E1E108010



PROGRAM STUDI S1 PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2009


Fisiologi Sperma

A.Pengertian sperma
Sperma dihasilkan di testis yang tepatnya tubulus seminiferus. Prosesnya disebut spermatogenesis. Fungsi testis lainnya yang penting adalah sekresi hormon seks jantan. Tetapi lebih tepatnya bahwa hanya sel leydig yang terdapat pada jaringan interestisial mensekresi hormone androgen. Pada awalnya membelah secara mitosis berulang ulang dan berkembang menjadi spematid. Kemudian spermatid membelah miosis menjadi spermatid. Setelah itu spermatid mengalami spermiogenesis berubah menjadi sperma, yang dipelihara oleh sel sertoli.Ukuranya sekitar 60µm


Bagian-bagian sperma
Pada dasarnya, sperma memiliki bagian-bagian yang masing-masing memiliki fungsi yang mendukung proses fertilisasi dapat berlangsung. Bagian-bagian tersebut terbagi atas 3 bagian utama, yaitu:
kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan disebut acrosom( memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dari acrosin dan hyaluronidase yang dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian belakang dinamakan sentriol. Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin dalam masalah reproduksi
Pada bagian kepala spermatozoon ini, terdapat inti tebal dengan sedikit sitoplasma yang diselubungi oleh selubung tebal dan terdapat 23 kromosom dari sel ayah. Selubung tebal yang dimaksud adalah akrosom, fungsi dari akrosom adalah untuk melindungi, juga menghasilkan enzim.Akrosom ini mengandung enzim pembuahan yaitu hialuronidase dan akrosin. Yang masing-masing enzim tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
a. Hialuronidase merupakan enzim yang dapat melarutkan hialuronid pada korona radiata ovum, sehingga spermatozoon dapat menembus dan membuahi ovum.
b. Sementara akrosin merupakan enzim protease yang dapat menghancurkan glikoprotein yang terdapat di zona pellusida ovum.

Contoh animasi saat spermatozoon mengeluarkan enzim untuk melarutkan bagian dari ovum:



Leher
Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan bagian depan filament poros.
Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Terdapat sebuah mitokondria berbentuk spiral dan berukuran besar, berfungsi sebagai penyedia ATP/ energi untuk pergerakan ekor.
Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma. Pada bagian ekor sperma yang cukup panjang terdapat Axial Filament pada bagian dalam,& membran plasma dibagian luar yang berfungsi untuk pergerakan sperma Berupa flagella untuk pergerakan spermatozoon.
Bagian ini mengandung sedikit sekali sitoplasma dan mengandung rangka poros yang disebut aksonema.








Fisiologi reproduksi jantan
1. Proses Spermatogenesis
Sperma terbentuk di dalam tubuli seminiferi dari sel-sel induk sperma yang diploid,spermatogonia tipe A,yang terletak dalam membrana basalis.Spermatogenesis merupakan suatu proses kompleks yang meliputi pembelahan dan diferensiasi sel.Selama proses tersebut jumlah kromosom direduksi dari diploid (2n : 60 pada sapi, 54 domba,38 babi)menjadi haploid (n) pada setiap sel (Toelihere, 1979).
Pembentkan dpermatozoa, dibagi atas 3 tahap:
a. Spermatocytogenesis
Serangkaian pembelahan sel benih sejak dari spermatogonia sampai terbentuk spermatid. Tahap pertama dari spermatoctoygenesis adalah pembelahan mitosis dari spermatogonium menjadi 1 spermatogonium dormant dan 1 spermatogonium aktif.
Spermatogonium dormant tetap tinggal berada di pinggir tubulus seminiferus, dalam germinal epitelium,pada gilirannya nanti (setelah spermatogonium aktif membelah berulang kali) akan mengulang proses gelombang selanjutnya. Spermatogonium aktif, mengalami 4 pembelahan mitosis membentuk 16 spermatosit primer. Pada domba proses ini sempurna dalam waktu 15-17 hari.
b. Meiosis
Yaitu tahap dimana spermatosit primer mengalami pembelahan secara meiosis. Masing-masing spermatosit primer (2n) mengalami meiosis menghasilkan 2 sel spermatosit sekunder (n). Pada tahap ini diselesaikan dalam waktu 15 hari. Masing-masing spermatosit sekunder membelah membentuk 2 sel spermatid, jadi terbentuk 4 spermatid dari 1 sel spermatosit primer atau 64 spermatid berasal dari 1 sel spermatogonium aktif. Dengan demikian, 4 spermatid terbentuk dari spermatocyt primer, atau 64 hari tiap spermatogonium aktif (Yatim, 1994).
c. Spermiogenesis
Selama fase ini spermatosid menempel pada sel sertoli. Masing-masing spermatid mengalami metamorfosis menjadi spermatozoon. Inti material memadat pada satu bagian dari sel membentuk kepala dari spermatozoon, sedangkan sisanya memanjang membentuk ekor spermatozoon. Acrosom, sebuah topi yang mengelilingi kepala spermatozoon,tersusun dari aparatus golgi spermatid. Selama pembentukan ekor spermatozoon, maka terjadi pelepasan cytoplasma, terlihat adanya cytoplasmic droplet pada daerah leher spermatozoa. Spermatozoa yang baru terbentuk ini, kemudian didorong ke lumen tubulus seminiferus menuju rete testis (Yatim, 1994).
Transformasi spermatid menjadi spermatozoa ada 4 fase, yaitu:
- fase Golgi
Saat butiran proakrosom teerbentuk dalam alat Golgi spermatid. Butiran atau granula ini nanti bersatu mambentuk satu butiran akrosom. Butiran ini di lapisi membran dalam gembungan akrosom(acosomal vesicle). Gelembung ini melekat ke salah satu sisis inti yang bakal jadi bagian depan spermatozoon.
- fase tutup
Saat gembungan akrosom makin besar, membentuk lipatan tipis melingkupi bagian kutub yang bakal jadi bagian depan. Akhirnya terbentuk semacam tutup spermatozoon.
- fase akrosom
Terjadi redistribusia bahan akrosom. Nukleoplasma berkondensasi, sementara spermatid memanjang. Akrosom kaya akan karbohidrat dan enzim hidrolisa : hyaluronidase, neurominidase, posfasatase asam dan protefaseyang aktivasnya mirip tripsin.. sementara inti spermatid memanjang dan menggepeng. Butiran nukleoplasma mengalami transformasin menjadi filamen-filamen (benang halus) yang pendek dan tebal serta kasar.
- fase pematangan
Terjadi perubahan bentuk spermatid sesuai dengan ciri spesies. Butiran inti akhirnya bersatu, dan inti menjadigepeng bentuk pyriform, sebagai ciri spermatozoa. Ketika akromosom terbentuk di bakal jadi bagian depan spermatozoa, sentriol pun bergerak ke kutub bersebrangan. Sentriol terdepan membentuk flagellu, sentriol yang satu lagi membentuk kelepak sekeliling pangkal ekor. Mitokondria membentuk cincin-cincin di bagian middle piece ekor dan seludang fibrosa di luarnya. Mikrotubul muncul dan berkumpul di bagian samping spermatid membentuk satu batang besar yang disebut manchette. Menshette ini menjepit inti sehingga jadi lonjong, sementara spermatid sendiri memanjang dan sitoplasma terdesak ke belakang inti (Yatim,1994).
2. Proses Ejakulasi dan Ereksi
A. EREKSI
Ereksi diawali oleh dilatasi arteriol-arteriol penis. Sewaktu jaringan erektil penis terisi darah, vena mengalami tekanan dan aliran keluar terhambat sehingga turgor organ bertambah. Pusat-pusat integrasi di segmen lumbal medulla spinalis diaktifkan oleh impuls dalam aferen dari genitalia dan traktus descendens yang memperantarai ereksi sebagai respon rangsangan psikis erotik. Serat parasimpatis eferen berada dalam saraf splanknik panggul (nervi eregentes). Serat-serat tersebut diperkirakan mengandung asetilkolin dan vaso intestinum peptide (VIP) sebagai kotransmitter. Sebagian serta berakhir secara prasinaptik pada neuron noradrenergik, tempat asetilkolin bekerja pada reseptor muskarinik untuk menurunkan pelepasan vasokonstriktor norepinephrin. Selain itu VIP menimbulkan vasodilatasi. Namun, penyuntikan VIP tidak menimbulkan keadaan yang benar-benar seperti ereksi. Penyuntikan alpostradil (PGE1) intrauretra juga menyebabkan dilatasi otot polos penis dan telah digunakan secara klinis untuk mempermmudah ereksi (Ganong, 2001).
B.EJAKULASI
Ejakulasi adalah suatu refleks spinal dua tahap yang melibatkan emisi, pergerakan semen ke dalam uretra, dan ejakulasi sebenarnya terdorongnya semen keluar urethra saat orgasme. Jalur aferen sebagian besar merupakan serat dari reseptor raba di glans penis yang mencapai medulla spinalis melalui saraf pudendus internus. Emisi adalah suatu rspon simpatis, terintegrasi di segmen lumbal bagian atas medulla spinalis dan terjadio akibat kontraksi otot polos vasa deferensia dan vesikula seminalis sebagai respon terhadap rangsang hipogastrik. Semen terdorong keluar uretra oleh kontraksi otot bulbokavernosa, suatu otot rangka. Pusat refleks spinal untuk bagian refleks ini terletak di segmen sacral bagian atas dan lumbal terbawah medulla spinalis, dan jalur motorik melintasi akar sacrum pertama sampai ketiga dan saraf pudendus internus (Ganong, 2001).
Semen merupakan lendir yang keluar dari genital jantan saat ejakulasi. Zat yang terkndung dalam semen, yaitu :fruktosa, asam nitrat, prostaglandin, elektrolit, enzim pembuahan, inhibitor, hormon, zat lain.
Tabel perilaku seksual pada pria
Komponen Perilaku Seksual Pria Definisi Dilaksanakan oleh
Ereksi Pengerasan penis yang dalam keadaan normal lemas sehingga penis dapat masuk ke dalam vagina. Pembengkakan jaringan erektil penis oleh darah akibat vasodilatasi arteriol penis yang diinduksi oleh sistem parasimpatis dan penekanan vena secara mekanis. Ejakulasi
Fase emisi Pengosongan sperma dan sekresi kelenjar seks tambahan (semen) ke dalam uretra. Kontraksi otot polos di dinding duktis dan kelenjar seks tambahan yang diinduksi oelh sistem simpatis.
Fase ekspulsi Penyemprotan dengan kuat dan ekspulsif semen dari penis. Kontraksi otot rangka di dasar penis yang diinduksi oleh neuron motorik.(Sherwood, 1996).
Ereksi normal: Sensori melalui saraf pudendal berserta emosi dari korteks serebri bergabung menuju pusat lumbalis, kemudian adayang ke serabut vasokonstriktor( simpatik dorsal dan lumbal) dihambat, sedangkan saraf parasimpatik sakaral(2-4) melanjut ke pleksus vesikalis kemudian mensuplai vascular pada penis, yang kemudian pembuluh darah dilatasi, pelebaran sinusoid dan tekanan vena dan ,enghambat aliran vena.
Ejakulasi: sama dari sensori dan emosi kemudian manghasilkan orgasm eke pusat lumbalis, Ke simpatik motor kontraksi otot polos pada galndula, penutupan spinkter dan pemancaran. Parasimpatik motor menyebabakan kontraksi otot skelet dan muskulus-muskulusnya, terjadi ejakulasi ( frandson, 1993).
3. Hormonal pada Hewan Jantan
Mekanisme Kerja Hormon pada Sistem Reproduksi Jantan
Testis dikontrol oleh dua hormone gonadotropin yang disekresikan oleh hipofisis anterior yaitu luteineizing hormone (LH) dan follicle stimulaizing hormone (FSH). Hormone LH bekerja pada sel leyig untuk mengatur sekresi testosterone, sehingga pada pria hormone ini juga disebut interstitial stimulating cell hormone(ICSH). FSH bekerja pada tubulus seminiferus, terutama I sel sertoli untuk meningkatkan spermatogenesis. Sebaliknya sekresi LH dan FSH dari hipofisis anterior diransang oleh sebuah hormone hipotalamus GnRH (Sherwood, 1996).
Setiap 2-3 jam sekali GRH dikeluarkan dalam hipotalamus. GnRH merangsang sel-sel sekretorik hormon Gonadotropik di hipofisis anterior, pola sekresi hipotalamus yang pulasatif ini menyebabkan sekresi LH dan FSH juga berlangsung secara periodic. Walaupun GnRH merangsang LH an FSH, kosentrasi kedua hormone gonadotropik tersebut dalam darah tidak selalu sejajara satu sama lain karena, pertama, diantara letupan-letupan sekretoriknya LH dibersihkan dari darah lebih cepat dibandingkan egan FSH sehigga fariasi pulsasi kadar LH dalam darah jauh lebih mecolok dibading kadar FSH. Kedua, dua factor reguratorik selain GnRH-testostero dan inhibin secara berbeda mempengaruhi kecepatan sekresi FSH dan LH (Sherwood, 1996).
Testosteron merupakan produk stimualsi LH pada sel leydig juga bekerja secara umpan balik negatif utuk menghambat sekresi LH melalui 2 cara. Efek umpan balik negative testosteron yang predomnian adalah meurunkan episode-episode pengeluaran GnRH dengan bekerja pada hipotalamus, sehigga secara tidak langsung menurunkan pengeluaran LH dan FSH ari hipofisis anterior. Kedua, testosteron bekerja secara langsung pada hipofisis anterior utuk mengurangi kepekaan sel-sel sekretorik LH terhadap GnRH. Testosteron menimbulkan pegaruh negative yang lebih besar pada sekresi LH dibandingkan pada sekresi FSH. Siyal inhibitorik testis yang secara spesifik ditunjukan untuk mengontrol sekresi FSH adalah hormone peptide inhibin yang disekresikan oleh sel sertoli . inhibit bekerja secara langsung pada hipofisis anterior untuk mengahambat sekresi FSH. Inhibisi umpan balik terhadap FSH oleh produk sel-sel sertoli ini sesuai, karena FSH meragsang spermatogenesis dengan bekerja pada sel-sel sertoli (Sherwood, 1996).
Baik testosterone dan FSH berperan penting dalam mengontrol spermatogenesis. Masing-masing melakasanakan efeknya denga memperngaruhi sel sertoli. Testostero esensial untuk mitosis da miosis sel-sel germiativum, sedangka FSH diperluka untk remodeling spermatid (Sherwood, 1996).
Aktivitas Gonadotrophin Releasing Hrmone Meningkat Saat Pubertas
Walaupun testis janin mengeluarkan tetosteron, yang mengarahkan perkembangan sisitem reproduksi ke arah maskulin, setelah lahir testis tidak aktif sampai saat pubertas. Selama periode prapubertas, sekresi Lh dan FSH tidakm cukup kuat untuk merangsang aktivitas testis. Penundaan munculnya kemampuan reproduktif pada masa prapubertas memungkinkan mencapai kematangan (Guyton, 2001).
Proses pubertas diawali dengan peningkatan aktivitas GnRH. Pada masa pubertas dini, letupan sekresi GnRH berlangsung hanya pada malam hari, sehingga pada malam hari terjadi peningkatan singkat sekresi LH dan dengan demikian juga meningkatkan testosteron. Durasi sekresi GnRH yang episodik tersebut semakin lama semakin panjang seiring perkembangan pubertas sampai tercipta pola sekresi GnRH, LH, FSDH, dan testosteron seperti pada dewasa. Di bawah pengaruh tstosteron yang kadarnya terus meningkat selama pubertas, terjadi perubahan fisik yang menandai pertumbuhan karakteristik seks sekunder (Guyton, 2001).
Tingkat aktivitas GnRH yang rendah selama masa prapubertas tampaknya disebabkan oleh inhibisi aktif pengeluaran GnRH oleh mekanisme saraf dan hormon. Sebelum prapubertas, hipitalamus sangan peka terhadap efek umpan balik negatif testosteron, sehingga jumlah kecil testosteron yang dihasilkan oleh testis prapubertas sudah mampu menghambat pengeluaran GnRH. Pada saat pubertas Hipotalamus menjadi kurang peka terhadap inhibisi umpan balik oleh testosteron. Karena kadar testosteron rendah tidak lagi menghambat hipotalamus, kadar GnRH meningkat. Pada masa prapubertas GnRH juga mendapat inhibisi dari saraf yang pada saat pubertas juga ikut menghilang (Guyton, 2001).
Faktor yang berperan menghilangkan inhibitorik sehingga pubertas dapat berlangsungmasih belum daiketahui. Tiga hipotesis yang diajukan yaitu aktivitas inhibitorik yang terprogram dan berkaitan dengan usia, Kelenjar pineal, peran hormon melatonin. Pada banbanyak spesies melatonin sekresinya menurun saat terkena cahaya dan meningkat saat di kegelapan karena adanya antigonadotropik (Guyton, 2001).
3. Pengaruh Hormonal pada Penurunan Testis
Testosteron turun ke scrotum pada masa kebuntingan saat testis mensekresikan testosteron. Penyuntikan pada hewan yang mengalami kesulitan descendens testikulorum menyebabkan testis turun secaranormal melalui canalis inguinalis ( Guyton, 2007).
4. Usia dan Tanda-tanda Pubertas pada Hewan
Pubertas adalah periode saat organ reproduksi untuk pertama kalinya mulai berfungsi. Masak kelamin dalam pengertian ini berbeda dari satu spesies ke spesies yang lain. Kuda betina biasanya mencapai pubertas pada tahun ke dua atau bisa 18 bulan, sapi umur 7-15 bulan atau 14-24 bulan. Domba( 4-12 bulan), babi (3-7 bulan) dan anjing (6-24 Bulan) Tapi biasanya mulai mencapai umur 6 bulan. Hal ini tergantung pada keadaan iklim. Makanan, hereditas dan tingkat pelepasan hormon. Perkawinan pertama pada kuda 2-3 tahun, sapi 14-22 bulan, domba 4-12 bulan, babi 8-10 bulan, anjing 12-18 bulan (Frandson,1993).
Tanda-tandapubertas:
Yaitu muncul tanda-tanda kelamin sekunder, hal tersebut tergantung jumlah hormon testosteron dalam tubuh. Tanda-tanda umum yang berhubungan dengan sifat kejantanan meliputi kepala dan bahu yang masif pada sapi jantan, berkembang jambul pada kuda, tanduk pada domba dan taring pada babi jantan serta lemak subkutan cenderung berkurang, penyebaran lemak yang tidak merata dalam otot dan tidakberkembang kelenjar susu pada semua spesies. Karkas hewan jantan ditandai adanya lemak di daerah inguinal, akar penis melekat pada tulang aitc ( simpisis pelvis), tidak terdapat jaringan kelenjar didaerah inguinal dan karkas agak berotot ( Frandson, 1993).

Pengertian ovum
Ovum adalah sel telur yang di hasilkan oleh ovarium, dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

Struktur ovum
Ovum, selayaknya spermatozoon juga didesain khusus untuk memuat muatan genetis berupa 23 kromosom, dan merupakan gamet dari wanita. Dan untuk melindungi muatan genetis tersebut, ovum harus memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain:
1) Membran Vitellin yaitu lapisan transparan di bagian dalam ovum.
2) Zona Pellusida yaitu lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di bagian tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa
3) Korona Radiata yaitu merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar oosit dan merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal

Ovum merupakan gamet betina yang nantinya akan melakukan fusi (penyatuan) dengan spermatozoon untuk membentuk zigot pada proses pembuahan. Ovum pada manusia bersifat microlechital yaitu ovum dengan kuning telur yang sedikit dan memiliki ukuran kecil dengan rata-rata berdiameter 1,5µ. bila dibandingkan dengan spermatozoon, ukuran ovum jauh lebih besar daripada ukuran spermatozoon. Hal ini dikarenakan karena material isi ovum pun juga berbeda dengan material isi spermatozoon, material ovum terdiri dari glikogen, kuning telur dan protein yang terakumulasi dalam sitoplasmaBerbeda dengan spermatozoon yang bergerak aktif menuju ovum, ovum bersifat non motil karena tidak memiliki alat pergerakan seperti spermatozoon. Ovum memiliki bentuk yang bulat dan mampu bergerak pasif untuk sampai ke tuba fallopii karena adanya bantuan dari gerakan silia di bagian infundibulum dan ampula tuba Fallopii





( Bagian-bagian ovum dalam 2 deminsi )

Siklus reproduksi terdapat dua jenis yaitu menstruasi dan estrus. Dua siklus ini ditemukan pada mamalia betina. Estrus dan menstruasi yaitu proses meluruhnya sel telur karena tidak dibuahi, namun terdapat perbedaan pula diantara keduanya yaitu:
• Menstruasi adalah proses meluruhnya endometrium pada uterus dalam bentuk pendarahan. Contoh pongidae (kera, orang utan dan gorila) dan homonidae (manusia)
• Estrus adalah proses meluruhnya endometrium dari uterus, namun pendarahan yang terjadi hanya sedikit karena luruhan endometrium tersebut diserap kembali oleh uterus. Fase estrus ini juga disebut fase birahi karena pada saat periode ovulasi, terjadi ekspresi seksual, seperti birahi, perilaku agresif, perubahan warna vagina perubahan ukuran dan bentuk vagina dan keadaan vagina jadi lebih basah contoh mamalia selain pongidae dan homonidae.
Siklus menstruasi ini diawali dengan perintah dari hipotalamus kepada hiposisis posterior untuk menghasilkan GnRH, hormon ini akan mesekresikan FSHRH -untuk menghasilkan FSH- dan LHRH -untuk menghasilkan LH-, namun keduanya tidak disekreikan secara bersamaan. Proses berikutnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. FSH merangsang pembentukan dari folikel primordial sampai F. Degraff.
2. F. Degraff ini kemudian akan mensekresikan hormon estrogen yang berfungsi untuk menebalkan dinding rahim (fase proliferasi)
3. Pengeluaran hormon estrogen ini mengakibatkan terjadinya feed back (timbal balik) ke hipotalamus untuk –FSH(menghentikan FSH) dan +LH (mengaktifkan LH)
4. GnRH kemudian mensekresikan LHRH -untuk menghasilkan LH-. LH ini akan merangsang ovulasi, jika terjadi ovulasi berarti f. Degraff akan menjadi C. luteum kemudian akan mensekresikan hormon progesteron untuk mempertahankan dinding rahim (fase luteal). jika saat ovulasi tersebut sel telur yang dikeluarkan tidak dibuahi oleh sperma maka C.luteum ini akan lisis sehingga akan berakibat pada lisisnya pula dinding rahim ( inilah yang disebut dengan menstruasi ) .
5. Seperti halnya pada estrogen, pengeluaran hormon progesteron ini juga mengakibatkan terjadinya feed back pada hipotalamus untuk +FSH dan –LH.
6. karena FSH aktif kembali maka berulanglah proses siklus menstruasi ini (FSH – folikel- f. Degraff –ovulasi- dst).
Kematangan Fisiologi Ovum
Kematangan fisiologi uvum berbeda –beda pada tiap species, yaitu
• Pada interfase (awal meiosis): cacaing Ascands Lumbucoides
• Pada metaphase I: Annelida dan Moluska
• Pada Metafase II : moluska
• Akhie meiosis : Coelum dan Echinodermata
Jenis – Jenis Selaput Telur
1. selaput telur primer : bungkus telur yang dibuat oleh ovumnya sendiri, jenisnya :
• membrane telur (Ooplasma)
• zona pellusida (mamalia)
• membrane vitellin (Amphibi)
2. selaput telur sekunder: bungkus telur yang dibuat dari luar ovum, jernisnya:
• cangkang kapur dari uteris (Aves dan Reptil)
• lap. Jelly (Amphibi / katak)
• lap. Granulose (Mamalia)
• Albumin dari ovidauct (Aves dan Reptil)
DAFTAR PUSTAKA
diahayu.web.ugm.ac.id/wordpress/?p=13
id.wikipedia.org/wiki/ovum–
biodea.blogspot.com/2008/10/struktur-ovum
diahayu.web.ugm.ac.id/wordpress/?p=13
id.wikipedia.org/wiki/Spermatozoid –
biodea.blogspot.com/2008/10/struktur-sperma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4h34d 3v7ah1din