Laman

welcome to my wold

hey frend welcome to my blog

Selasa, 06 April 2010

Caving
Tidak ada catatan resmi kapan manusia menelusuri gua. Berdasarkan peninggalan-peninggalan berupa sisa-sisa makanan, tulang belulang, dan juga lukisan-lukisan yang dapat disimpulkan bahwa manusia sudah mengenal gua sejak ribuan tahun silam, yang tersebar dibenua Eropa, afrika, dan Amerika. Menurut catatan yang ada, penulusuran gua dimulai oleh JOHN BEAUMOUNT, ahli bedah dari Somerest, England (1674). Ia ahli tambang dan Geologi amatir, tercatat orang pertama yang menulusuri gua sumuran (Potholing) sedalam 20 meter dan menemukan ruangan sebesar 80 meter serta ketinggian plafon 10 meter, dengan menggunakan penerangan lilin. Menurut catatan, Beamount merangkak sejauh seratus meter dan menemukan jurang (Internal Pitch). Ia mengikat tambang pada tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter dan mengukur ruangan dalam gua tersebut. Ia melaporkan penemuan ini pada Royal Socioty, Lembaga Pengetahuan Inggris orang yang paling berjasa mendiskripsikan gua-gua antara tahun 1670-1680 adalah BARON JOHAN SALSAVOR dari Selvenia. Ia mengunjungi 70 gua, membuat peta sketsa, dan melahirkan empat buku setebal 2800 halaman. JOSEPH NAGEL, pada tahun 747 mendapat tugas dari istana memetakan system perguaan dikerajaan Austro-Hongaria.
Kegiatan penelusuran dan pemetaan goa (caving) pada latihan pemantapan ini dilaksanakan pada 6 Desember 2009 di goa Batu Hapu desa Batu Hapu Kecamatan Hatungun kabupaten Tapin. Sebelum kegiatan dilakukan sudah ada pembagian tugas untuk pemetaan goa ini. Bertugas sebagai penembak sudut kompas yaitu Rizqi, pengukur yaitu Doni, pencatat data yaitu Aren, pembuat sketsa yaitu Mujahid, pointer yaitu Akang dan sebagai leader adalah senior Marhat.
Adapun tujuan dari kegiatan yang kami lakukan adalah untuk mengaplikasikan materi yang kami dapat sebelumnya dan merupakan salah satu syarat untuk memenuhi SKA untuk menjadi anggota penuh ( anggota biasa) Mapala Graminea Fakultas pertanian.
Ada beberapa macam jenis goa yaitu Gua Ombak Laut/Absyal, Gua Lava, Gua Batu Pasir, Gua batu Gamping. Adapun terbentuknya gua ombak laut/Absyal disebabkan oleh hantaman ombak secara terus-menerus pada dinding karang sampai terbentuk celah pada dinding karang yang lama-kelamaan akan membentuk sebuah celah yang cukup besar. Sedang gua lava terbentuk kerena adanya pergeseran kulit bumi pada saat terjadi meletusnya gunung berapi, dan gua batu pasir terbentuk akibat pengikisan tanah berpasir didaerah batuan. Sedang jenis goa yang kami telusuri kali ini adalah goa batu gamping.
Adapun gua yang terjadi dari batuan gamping yaitu pada gunung-gunung kapur dan gua inilah umumnya banyak terdapat di Indonesia. Terbentuknya gua batu gamping adalah akibat terjadinya celah atau retakan dari batu gamping akibat adanya gaya endogen dari dalam bumi, celah yang telah terbentuk ini lama kelamaan semakin membesar akibat gaya mekanis yang terjadi dari tetesan air hujan dengan adanya proses kimiawi yang terjadi dan berlangsung terus menerus, maka akibatnya celah tersebut semakin dalam, akhirnya celah tersebut menjadi suatu lobang yang besar dan dalam, inilah yang disebut gua vertical atau potho, sedangkan kegiatan penelusuran gua tersebut biasanya disebut potholing.
Gua yang kami masuki pada pemantapan kali ini adalah jenis gua yang kering. Dalam menyusuri gua, kami menggunakan teknik horizontal caving, yaitu teknik penelusuran gua dengan berjalan biasa, membungkuk,merangkak, merayap, tengkurap, memanjat dan kadang-kadang berenang serta menyelam bila di perlukan. Jenis peta yang kami gambarkan adalah plan section, yaitu gambar peta goa tampak dari atas. Yang ditampilkan adalah bentuk lorong dilihat dari atas, sudut, belokan, letak ornamen dan situasi lorong goa. Langkah – langkah dalam memetakan gua adalah sebagai berikut:
1. Menentukan arah mulut gua dari utara.
2. Diukur sudut – sudut dan jarak – jarak setiap stasiun yang dipetakan antara pemegang kompas dengan posisi pointer, Juga dihitung jarak kiri dan kanan dari posisi pointer tersebut dengan dinding gua.
3. Menggambar ornamen dan mencatat flora maupun fauna yang terdapat dalam goa pada setiap stasiun.
4. Langkah – langkah diatas diulangi hingga mencapai gua yang tidak dapat dipetakan lagi atau pemetaan dan penelusuran dihentikan.
Gua yang kami petakan pada kegiatan kali ini adalah Grade 3, dan termasuk class C yang berarti detail lorong diukur pada setiap stasiun survey. Gua yang kami masuki memang Cuma satu saja tapi di dalamnya terdapat beberapa mulut gua. Dalam kegiatan ini kami berhasil memetakan dua mulut gua, yang terbagi dalam 11 stasiun. dan mulut gua yang lain tidak kami petakan karena berbenturan dengan waktu,
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan Caving adalah :
1. Kompas Prisma
2. Meteran panjang minimal 50 meter
3. Alat tulis
4. Clip board
5. Helm
6. Senter
Kendala – kendala yang kami temui dalam kegiatan ini adalah :
1. Tidak adanya survey jauh-jauh hari yang kami lakukan sebelum melaksanakan kegiatan, sehingga waktu pada saat kegiatan banyak waktu tersita untuk melakukan survey tempat kegiatan.
2. Sebagai makhluk yang memiliki kekurangan, pengetahuan kami masih sangat sedikit, sehingga goa yang ditelusuri tidak dapat dipetakan dengan sempurna.
Hasil yang kami dapatkan dalam kegiatan caving :
1. Mengerti cara memetakaan gua secara plan section ( yaitu pemetaan yang digambar dari tampak atas).
2. Mengetahuizona-zonayang terdapat dal gua yang kami telusuri. zona terang (zona yang masih dapat dilihat dengan jelas), zona senja ( terletak agak kedalam dimana cahaya masih bisa terlihat remang-remang) zona peralihan (zona antara zona terang yang zona gelap ).
3. Dapat melihat secara langsung keadaan di dalam goa, seperti ornamen – ornamen( stalaktif, stalagmit, pilar (column), draperi, flowstone, gourdam, micro gourdam, chamber (jalan yang menanjak), slab ( landai )
4. Mengetahui jenis-jenis fauna yang terdapat didalam gua berdasarkan zona yang ditempati ( pada zona terang kami tidak menemukan jenis fauna, pada zona senja kami menemukan kawanan kelalawar, dan pada zona peralihan kami menemukan sejenis kaki seribu, jangkrik ( Raphidophora oophaga), dan sejenis laba-laba.)
5. Menyadari bahwa keindahan gua adalah anugerah dari Tuhan yang perlu dijaga.